Sabtu, 05 Mei 2012

Pragmatik: Referensi dan Inferensi

 PEMBAHASAN

A.    Pengertian Referensi dan Inferensi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2000:939) disebutkan bahwa Referensi adalah sumber acuan, rujukan, atau petunjuk. Mungkin paling tepat jika kita menganggap referensi (pengacuan) sebagai sebuah tindakan ketika penutur atau penulis menggunakan bentuk-bentuk yang memungkinkan pendengar atau permbaca mengidentifikasikan sesuatu.

Bentuk-bentuk linguistik tersebut merupakan ekspresi-ekspresi pengacu yang dapat berupa kata benda, frasa kata tertentu, dan kata ganti. Dalam konteks-konteks visual yang dialami bersama, kata-kata ganti yang berfungsi sebagai ekspresi deiktik dan frasa-frasa kata benda yang lebih terperinci bisa digunakan bagi suksesnya referensi.

Referensi jelas berkaitan dengan tujuan penutur dan keyakinan-keyakinan penutur, tetapi agar referensi dapat berhasil kita juga harus mengetahui peran inferensi. Inferensi adalah simpulan atau yang dapat disimpulkan (KBBI, 2000:432).

Tugas pendengar adalah menarik inferensi
secara benar entitas mana yang ingin diidentifikasi penutur dengan menggunakan ekspresi pengacuan tertentu. Bahkan kita dapat menggunakan ekspresi-ekspresi yang tidak jelas, misalnya sesuatu,  anu, itu, eh, dan yang lainnya dengan mengandalkan kemampuan pendengar untuk menarik inferensi referen tentang apa yang kita miliki dalam pikiran.

B.     Penggunaan Referensial dan Atribut

Tidak semua ekspresi pengacu memiliki referen-referen fisik yang dapat diidentifikasi. Frasa-frasa kata benda tidak tentu dapat digunakan untuk mengidentifikasi entitas yang ada secara fisik seperti dalam contoh berikut.
1)      Ada seseorang yang sedang menunggumu.

Tetapi dapat juga digunakan untuk mendeskripsikan entitas-entitas yang diasumsikan ada, tetapi tidak diketahui siapa jelasnya sebagaimana contoh berikut.
2)      Dia ingin menikah dengan wanita yang kaya.

Penutur sering mengajak kita untuk berasumsi, melaui penggunaan atributif, bahwa kita dapat mengidentifikasi apa yang sedang dibicarakan, bahkan ketika entitas atau individu yang dideskripsikan tidak ada.

C.    Nama dan Referen
Versi referensi yang disajikan disini adalah kolaborasi antara niat untk mengidentifikasi dan pengakuan terhadap niat. Proses ini tidak hanya bekerja pada satu penutur dan satu pendengar. Proses ini bekerja dalam kaitannya dengan konvensi antara semua anggota suatu komunitas yang menggunakan bahasa dan memiliki budaya yang sama. Asumsi ini mungkin membuat kita beranggapan bahwa nama orang seperti Andrea Hirata atau Dewi Lestari hanya dapat digunakan untuk mengidentifikasi satu orang tertentu, dan sebuah ekspresi yang  mengandung kata benda umum seperti “si kutu buku” hanya dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu benda tertentu. Pandangan ini salah sebab pandangan referensi yang benar-benar pragmatik memungkinkan kita untuk melihat bagaimana seseorang dapat diidentifikasikan melalui ekspresi “anak ayam”, dan suatu benda dapat diidentifikasi melalui nama “Andrea Hirata”.

Contoh: Percakapan antara siswa A dan siswa B.
A: “Mana Andrea Hirata yang kemarin kamu pinjam?”
B: “Maaf, sepertinya tertinggal di rumah.”

Dari konteks kalimat yang diciptakan, referen yang dimaksudkan dan inferen yang disimpulkan bukan mengacu kepada seseorang, tetapi sebuah buku. Sama halnya dengan contoh berikut.
Contoh: Percakapan antara Siswa C dan Siswa D.
C: “Dimana si anak ayam?”
D: “Itu, dia disana.”

Bila dilihat juga pada konteksnya, referen yang diidentifikasi dan inferen yang disimpulkan bukan merupakan suatu kata benda, tetapi merujuk kepada seseorang karena ada kata “dia” disana.

D.    Peran Ko-teks

Kemampuan untuk memahami referen atau acuan ini telah dibantu oleh materi linguistik, atau ko-teks yang menyertai pengacu. Ketika kita melihat kata Malaysia di koran, kata ini merupakan ekspresi pengacu dan mengalahkan Indonesia dalam final piala AFF 2011 adalah bagian ko-teksnya. Dengan jelas ko-teks membatasi rentangan interpretasi atau gagasan tersendiri yang mungkin yang dapat kita berikan pada kata seperti Malaysia . Ko-teks merupakan bagian dari bagian linguistik dari lingkungan tempat digunakannya ekspresi pengacu.

E.     Referensi Anaforik

Dalam sebagian besar pembicaraan, kita harus memperhatikan siapa dan apa yang sedang dibicarakan yang lebih dari satu kalimat dalam satu waktu. Setelah sebelumnya memperkenalkan entitas penutur, para penutur akan menggunakan berbagai macam ekspresi untuk menjaga referensi.

Referensi anaforik atau anafora (ekspresi kedua) merupakan proses untuk terus mengidentifikasi dengan tepat entitas yang sama sebagaimana ditunjukkan oleh antesedennya (ekspresi awal). Dalam banyak hal, asumsi tersebut tidak banyak mempengaruhi interpretasi, tetapi ketika perubahan atau efek tertentu diuraikan, referensi anaforik harus diinterpretasikan secara berbeda.
Contoh:
Ani adalah gadis yang cantik. Dia selalu berpenampilan rapi. (Antesedennya adalah Ani, dan anaforanya adalah dia.)

Kunci untuk memahami referensi adalah proses pragmatik yang digunakan para penutur untuk memilih ekspresi-ekspresi linguistik dengan maksud mengidentifikasikan entitas-entitas tertentu dengan asumsi bahwa pendengar akan berkolaborasi dan menginterpretasikan ekspresi-ekspresi sebagaimana yang dimaksudkan penutur.

Dimensi sosial referensi mungkin juga terikat dengan efek kolaborasi. Segera setelah mengetahui referen yang dimaksudkan, bahkan ketika sebuah ekspresi pengacu minimal (misalnya kata ganti) digunakan bersama, merupakan sesuatu yang umum dan merupakan kedekatan sosial. Keberhasilan referensi berarti bahwa maksud penutur telah diketahui, melalui inferensi, yang menunjukkan semacam pengetahuan yang dimiliki bersama dan merupakan kedekatan sosial.


KESIMPULAN

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI (2000:939) disebutkan bahwa Referensi adalah sumber acuan, rujukan, atau petunjuk. Mungkin paling tepat jika kita menganggap referensi (pengacuan) sebagai sebuah tindakan ketika penutur atau penulis menggunakan bentuk-bentuk yang memungkinkan pendengar atau permbaca mengidentifikasikan sesuatu.

Inferensi adalah simpulan atau yang dapat disimpulkan (KBBI, 2000:432). Referensi jelas berkaitan dengan tujuan penutur dan keyakinan-keyakinan penutur, tetapi agar referensi dapat berhasil kita juga harus mengetahui peran inferensi.


DAFTAR PUSTAKA

Jumadi. 2006. Pragmatik. Dalam George Yule (Ed.), Pragmatics (hlm. 21-30). Banjarmasin: PBS FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

4 komentar:

post ur comment here ^^